Cerita Seks Terbaru – Namaku Eric. Aku mahasiswa salah satu perguruan tinggi di Tanggerang. Saat ini aku kuliah semester III jurusan Management. Sejak awal kuliah, aku tinggal dirumah kakak ku. “Kak Shelly” begitulah aku memanggilnya. Usianya terpaut 6 tahun denganku. Ia sebenarnya bukan kakak kandungku, namun bagiku ia adalah kakak dalam arti yang sebenarnya. Ia begitu telaten dan memperhatikan aku. Apalagi kini kami jauh dari orang tua.
Dadaku berdegup kencang, dan lututku mendadak gemetar. Antara percaya dan tidak pada apa yang kulihat. Kak Shelly menggeliat-geliat diatas spring bad. Tanpa busana sehelaipun !!!
Ya Ampun ! Ia menggeliat-geliat kesana kemari. Terkadang terlentang sambil mendekap bantal guling, sementara kedua kakinya membelit bantal guling itu. Kemudian posisinya berubah lagi, ia menindih bantal guling.
Ah lehernya apalagi, mhhh rasanya ingin aku dipeluk dan membenamkan wajah dilehernya.
“Hei, kenapa melamun aja ? Ayo makan rotinya “, kata kak Shelly sambil menuangkan air putih mengisi gelas dihadapanya, lalu meneguknya perlahan. Air itu melewati bibir kak Shelly, lalu bergerak ke kerongkonganya…. Ahhh kenapa aku jadi memperhatikan hal-hal detail seperti ini ?
“Siapa yang melamun, orang lagi …. ammmm mmm enak nih, selai apa kak ?”, aku mengalihkan perhatian ketika kedua bola mata kak Shelly menatapku dengan pandangan aneh.
“Nanas ! itu kan selai kesukaanmu. awas abisin yah !”, kak Shelly bangkit dari tempat duduknya lalu berjalan membelakangiku menuju wastafel untuk mencuci tangan.
“OK, tenang aja !”, mulutku penuh roti, tapi pandangan mataku tak berkedip menyaksikan pinggul kak Shelly yang dibungkus pakaian dinasnya. Alamak, betisnya sedemikian putih dan mulus…
“Kamu gak pergi kemana-mana kan ?“, kata kak Shelly. Hari sabtu aku memang gak ada mata kuliah.
“Enggak…”, kataku sesaat sebelum meneguk air minum.
“Periksa semua kunci rumah ya Ric kalo mau pergi. Kemarin di blok C11 ada yang kemalingan….!”.
“Mmhhh… iya, tenang aja…”, kataku sambil merapikan piring dan gelas bekas sarapan kami.
Beberapa saat kemudian suara mobil terdengar keluar garasi. Lalu suara derikan pintu garasi ditutup. Dan ketika aku keteras depan, Honda Jazz warna silver itu berlalu meninggalkan pekarangan.
Setelah memastikan kak Shelly pergi, aku kemudian mulai mengamati atap dan jarak antar ruangan. Sejak kemarin aku telah memiliki suatu rencana. Aku mau memasang Mini Camera kekamar kak Shelly, biar bisa online ke TV dikamarku, he he !.
Sebulan berlalu, otakku benar-benar telah rusak.
Aku selalu menunggu saat-saat dimana kak Shelly bermasturbasi. Dengan bebas aku melihat Live Show, lewat mini kamera yang telah kupasang dilangit-langit kamar Kak Shelly. Aman ! sejauh ini kak Shelly tak menyadari bahwa segala gerak-geriknya ada yang mengamati.
Benar rupanya hasil survey sebuah lembaga bahwa 60 % dari wanita lajang melakukan masturbasi. Kalau kuhitung bahkan ka Shelly melakukanya seminggu dua kali. Pasti tidak terlewat ! malam rabu dan malam minggu.
Kasihan kak Shelly. Ia mestinya memang sudah berumah tangga. Tapi biarlah, kak Shelly toh sudah dewasa, ia pasti tahu apa yang dilakukannya. Dan yang terpenting aku punya sesuatu untuk kunikmati. Kalau kak Shelly melakukannya dikamarnya, pasti aku juga. Ahh…..
Seringkali ditengah kekacauan pikiranku, ingin rasanya aku bergegas kekamar kak Shelly ketika kak Shelly tengah menggeliat-geliat sendiri.
Aku ingin membantunya. Sekaligus membantu diriku sendiri. Gak usah beneran, cukup saling bikin happy aja. Tapi aku gak berani. Apa kata dunia ?
Malam ini. Aku tak sabar lagi menunggu, sudah hampir jam sembilan. Tapi kok gak ada tanda-tandanya. Kak Shelly masih asyik nongkrongi TV diruang tengah. Aku kemudian bergegas keluar rumah bermaksud mengunci gerbang.
“Mau kemana Ric ?”,
“Kunci gerbang ah, udah malem !”, kataku sambil menggoyangkan anak kunci .
“Jangan dulu dikunci, temen kak Shelly ada yang mau kesini !”,
“Mau kesini ? siapa kak ?”,
“Fitri…yang dulu itu lho !”,
“Ohh…!”, aku mencoba mengingat. Fitri ? ah masa bodo… tapi kalo dia kesini, kalo dia nginep, berarti …? Yah…! hangus deh.
Aku bergegas kembali kedalam. Dan ketika aku menaiki tangga ke lantai atas, HP kak Shelly berdering. Kudengar kak Shelly berbicara, rupanya temennya si Fitri brengsek itu udah mau datang. Huh !
Aku hampir aja ketiduran. Atau mungkin memang ketiduran. Kulihat jam menunjukan pukul 10.30 malam, ya ampun aku memang ketiduran.
Dan, asap memenuhi ruang kamar. Kubuka jendela, membiarkan udara malam masuk kekamarku. Sepi. Temennya kak Shelly udah pulang kali ?!.
Kunyalakan TV, tapi hampir seluruh chanel menyebalkan, Kuis, Lawakan, Ketoprak, Sinetron Mistery, fffpuih ! kuganti-ganti channel tapi emang semua chanell menyebalkan, lalu kutekan remote pada mode video…lho apa itu…?!
Ya ampun ! sungguh pemandangan yang menjijikan.
Apa kata Mama. Ya ampuuuuun…!
Kumatikan TV. Aku termenung beberapa saat.
Aku ambil gelas kopi, satu tetes, kering. Ah air putih saja. Aku habiskan air digelas besar sampai tetes terakhir.
Dan, kemudian mereka nampak berbincang lagi, lalu kak Shelly membaringkan badanya. Terlentang. Kak Fitri menarik selimut, lalu menyingkirkannya jauh-jauh.
Kak Shelly kelihatan protes, tapi protes kak Shelly dibalas dengan lumatan bibir kak Fitri. Tubuh kak Fitri menindih tubuh kak Shelly. Aku melihat, dengan mata kepalaku sendiri. Dua wanita cantik, dua tubuh indah dengan kulit putih mulus, tanpa busana, tanpa penutup apapun.
Nikmat, entah apa yang kini berada didalam pikiranku. Yang pasti aku turut larut dalam situasi antara kak Shelly dan kak Fitri.
“Kak Shellyii… kak Fitri……, ini Eric… asssshhh..ahh kak…aku juga..!”, aku merintih dan terus merintih.
Semakin lama kak Shelly kulihat semakin liar, badannya bergerak-gerak, naik-turun searah pinggulnya. Kedua tangannya menangkup kepala kak Fitri.
Semakin lama gerakan kak Shelly semakin liar, lalu pessss, TV mendadak padam. Sialan ! lampu diluar juga padam. Gelap gulita. PLN sialan ! Brengsekkkkkk !!!
Aku terengah-engah, dalam kegelapan. Sudah kadung mendidih, aku teruskan aksiku meski tanpa sensasi visual. Aku merintih dan mendesah sendiri dalam kegelapan. Aku yakin disana kak Shelly dan kak Fitri pun tengah merintih dan mendesah, juga dalam kegelapan…….
Dor ! Dor ! Dor !
“Eric… bangun, udah siang !“, suara ketukan atau entah gedoran pintu membangunkan aku. Rupanya sudah siang.
“Bangun…!”, suara kak Shelly kembali terdengar.
“Iya..! udah bangun…”, teriakku. Lalu terdengar langkah kaki kak Shelly menjauh dari pintu kamarku.
Ya ampun ! aku terkaget. Berantakan sekali tempat tidurku. Dan bantal guling…, bergegas aku buka sarungnya. Wah nembus !
Dengan terburu-buru kurapikan kamarku, jam menunjukan pukul 8 pagi.
Aku teringat kejadian tadi malam. “abis keramas nih yee !”, kataku dalam hati.
“Apa senyam-senyum gitu ?”, kak Shelly menatapku heran.
“Enggak …! Siapa… lagi yang senyam-senyum.
Mmm enak !”, kataku sambil menyuap sesendok nasi goreng hangat.
“Mandi dulu sana, dasar jorok !”, kata kak Shelly sambil meletakan piring yang dipegangnya.
“Jorokan juga kak Shelly, gituan dijilatin hiiii….”, kataku dalam hati, tapi kemudian bergegas mandi, eh keramas juga !
Segar sehabis mandi, hampir aku balik lagi ketika menyadari dimeja makan Kak Shelly tengah sarapan ditemani kak Fitri.
“Ikutan Indonesian Idol dong Ric !, jangan cuma berani nyanyi dikamar mandi aja !”, itu kalimat yang pertama kudengar dari kak Fitri.
Cantik. Bener- benar cantik. Sumpah ! tapi matanya itu ! aku merasakan keliaran dimatanya ketika menatapku yang hanya terbungkus handuk sepinggang.
“Eh, maaf kirain gak ada kak Fitri, maaf yah…permisi !”, kataku sambil berlalu.
Buru-buru aku ganti baju, menyisir rambut.
Ah kenapa aku ingin nampak keren. Karena ada kak Fitri yang cantik kali ya ? Pandang dari kiri dan kanan. Sip ! Turun kembali ke lantai bawah, menikmati dua wajah cantik, dan sepiring nasi goreng bertabur SoGood Sozzis.
“Nih buruan, sarapan dulu !”, kak Shelly yang kemudian menyuruhku sarapan, sementara mereka sendiri telah selesai.
Aku lalu sarapan dengan diawasi oleh dua mahluk cantik yang tidak buru-buru beranjak dari meja makan. Mereka berbincang ngalor ngidul seputar dunia kerja. Sesekali aku menimpali meskipun mungkin enggak nyambung. “Dasar kuli, hari libur gini masih aja ngurusin kerjaan !”, aku membatin.
“Tumben dihabisin ?”, kata kak Shelly melihat aku makan dengan lahap.
“Abis enak sih !”,
“Biasanya, dia tuh ! susah makannya, di masakin ini-itu…!”,
“Bohong kak ! jangan dengerin !”, kataku menimpali ucapan kak Shelly
“Alah… emang biasanya gitu kok !”, kak Shelly memotong ucapanku. Kak Fitri hanya tersenyum aja. Manis lagi senyumnya.
Mmmuah ! ingin rasanya kusentuh bibirnya itu.
Seminggu berlalu, setiap hari rasanya aku menjadi tambah bejat. Pikiranku kotor terus. Terbayang kak Shelly dan kak Fitri. Namun yang lebih sering menari-nari dalam khayalanku kemudian adalah sosok kak Shelly. Mungkin karena ia yang tiap hari ketemu. Sehingga pikiran kotorku kemudian mengacu kepadanya.
Rasanya semua hal yang berkaitan dengan kak Shelly membuatku terangsang. Melihat pakaiannya yang lagi dijemur saja aku terangsang.
Bahkan entah berapa kali ketika kak Shelly tidak ada dirumah, aku mempergunakan benda-benda pribadi kak Shelly menjadi objek fantasiku.
baru jam 2 siang…. Aman..Ach….shhhh…..
Aku terhanyut dan bergelenyar penuh kenikmatan hingga….
Jeckrek !!! kunci pintu depan dibuka dari luar, lalu pintu terbuka. Seseorang masuk. Ya ampun ! aku sungguh panik. Kak Shelly Pulang !!!
Dengan gemetar dan penuh ketakutan aku mengenakan celana. Ya ampun, berantakan begini, dan… Hand Body Lotion tumpah… mati gue !
Tak dapat dicegah karena pintu kamar memang tak kukunci. Blak…pintu didorong dari luar…
“Eric…! Ngapain kamu ?”, mata kak Shelly menatapku tajam.
“ng..mmm ini lagi !”, aku tak berkutik. Baju yang kugunakan mengelap ceceran Hand Body Lotion di seprai kugenggam erat.
Kak Shelly menghela nafas panjang dan berat, tatapannya sungguh menakutkan. Aku menggigil gemeteran. Kak Shelly pastinya dapat menebak kelakuanku.
“Kok cepet pulangnya kak ?”, dengan susah payah aku bersuara. Tapi kak Shelly tak memperdulikanku. Ia berlalu, langkah kakinya menjauhi kamar.
Lalu terdengar dentingan gelas, dan pintu lemari es dibuka.
Bergegas aku membereskan segala yang berantakan, sekedarnya. Lalu buru-buru meninggalkan kamar kak Shelly !
“Anjing…!, brengsek “, kataku sambil meninju dinding.
Lalu aku kabur…ketempat kost temanku.
Tiga hari aku aku tak pulang, temanku sampai terheran-heran dengan kelakuanku. Tapi aku simpan rapat-rapat masalah yang sebenarnya. Aku hanya bilang lagi berantem sama kakaku.
Tadinya aku kebingungan juga kelamaan tidak pulang, mau pulang juga rasanya bagaimana. Namun sebuah telpon dari kak Shelly membuat semuanya lebih baik,
“Eric kamu kemana aja ? kamu dimana ?”, terdengar suara kak Shelly di HP ku, datar. “mm ng… dirumah temen kak ?”, kataku sedikit bergetar.
“Pulang…nanti kalo mamah nanya gimana ?”, suara kak Shelly masih terdengar datar.
Tapi setidaknya hal itu membuatku sedikit lega. “Iya kak !”, lalu tak terdengar lagi suara kak Shelly. Aku tertegun beberapa saat, namun kemudian aku memutuskan untuk pulang.
Tiba dirumah, tatapan kak Shelly menyambutku. Aku tak berani menatap wajahnya. “kamu kemana aja ?”, suara kak Shelly masih terdengar datar seperti ditelepon. “Mmm…dari rumah Wawan kak !”,
“Makan dulu…tuh kakak udah masak !”, terdengar suara kak Shelly dari ruang tengah. “Iya kak !”, bergegas aku ke meja makan. Melahap makanan yang tersedia dimeja makan, emang gua laperrrr !
Besoknya, suasana masih terasa amat hambar.
Kak Shelly nampak buru-buru menyelesaikan sarapannya. Akupun bergegas menghabiskan sisa makananku.
“Kak, maafin Eric yah !”, kataku sambil meletakan gelas yang airnya habis kuteguk.
Kak Shelly tak bersuara, tapi matanya menatapku, penuh keheranan dan tanda tanya, atau mungkin tatapan apa itu artinya.
Pantat kak Shelly yang hanya dilapisi selembar baju tidur tipis begitu indah terlihat. Garis celana dalam yang dikenakanya nampak menggurat. Betisnya itu, alamak. Aku tak tahan ingin mengecapnya dengan lidahku. Dan…
“Bikin minum dong, haus nih…!”, Kak Shelly membalikan badannya, dan melihat kearahku yang tengah menikmati bagian belakang tubuhnya.
“Orange, atau susu ?”, tanpa sadar aku melirik kearah dadanya.
Kak Shelly merasakan pandangan mataku, ia membetulkan leher bajunya.
“Susu deh ! tapi jangan penuh-penuh yah !”,
“Ok !”, lalu aku pergi ke ruang sebelah. Seperti kebiasaannya kalau bikin susu ia pasti hanya minta setengah gelas.
“Takut gak abis”, katanya !
“Nih kak !”, kataku sambil meletakkan gelas susu disebelah kanan. Lalu aku bergerak kesebelah kiri kak Shelly. Kak Shelly segera mereguk minuman yang kusediakan untuknya itu. Aku sendiri meraih majalah yang tengah dibaca Kak Shelly.
“Ih apaan nih, sini ! orang lagi dibaca juga !”, kak Shelly berusaha meraih majalahnya kembali. Akhirnya kulepaskan. Aku mengambil remote TV. Sambil tengkurap disamping kak Shelly, aku memindah-mindah chanel.
“Kebiasaan Eric mah, pindah-pindah terus, balikin TransTV !”, katanya sambil berusaha meraih remote. Akupun menyerah, kukembalikan channel ke TransTV.
Lalu aku memiringkan badan, sekarang aku menghadap kearah kak Shelly. Menatapnya dalam-dalam. Ah… kakak ku sayang, engkau cantik sekali.
Lalu aku mutup kedua mataku rapat-rapat.
“Kak mau tanya, boleh ?”, kataku sambil tetap memejamkan mata.
“Tanya apa sih !”, ia menjawab tanpa menoleh.
“ng…mmmm kenapa Eric akhir-akhir jadi aneh yah ?”,
“Maksudnya apa ?”,
“Tapi kak Shelly jangan marah yah !”,
“Akhir-akhir ini, Eric sering error. Pikiranya yang begituuu.. aja.
Gak siang gak malem, pusing deh !”,
“Mikirin apa sih ?”,
“Ah… kak Shelly ini. Maksud Eric… mmm jangan marah yah. Rasanya Eric gampang terangsang deh !”, kubuka mataku, keterkejutan nampak diwajah kak Shelly. Lalu ia menghela nafas panjang.
“Kebanyakan nonton film jelek kali. Tuh dikomputer hapus-hapusin gambar gambar jelek kayak gitu !”,
“Bisa juga sih…, kalau masturbasi bahaya enggak sih kak?”, aku kembali melontarkan pertanyaan yang mengagetkannya.
”Apaan sih gituan di tanya-tanyain ?!”, nampak kak Shelly agak gusar menimpali pertanyaanku.
“Kalau kata temen Eric sih, mendingan masturbasi daripada main sama cewek nakal, bisa penyakitan !”,
Tak terdengar komentar. Waduh aku kehabisan kata-kata.
“Sebenarnya gara-gara kak Shelly sih !”, dan aku menunggu. Benar saja, kak Shelly bereaksi. Ia menatapku penuh tanya.
“Menurut sebuah survai, 60 % wanita lajang melakukan masturbasi, bener kan ?”, aku kembali melontarkan pukulan kata-kata.
“Kata siapa kamu ?”,
“Kata koran dannnnn… lubang kunci !”,
“Maksud Eric apa sih…? Kakak jadi pusing !”,
“Eric tahu rahasia kak Shelly !”,
“Rahasia apa ?”,
“Kak Shelly suka menggeliat-geliat ditempat tidur tanpa pakaian dan memeluk bantal guling !”, akhirnya. Mata Kak Shelly membeliak kaget. Tatapan matanya menyiratkan rasa marah dan malu, tapi ia berusaha menutupinya.
“Kamu ngintip ?”,
“Gak sengaja sih…!”, kubenamkan mukaku dipermadani sambil menunggu efek selanjutnya.
“Tapi tenang aja. Rahasia kak Shelly aman kok ditangan Eric.
Sama-sama aman ok ?!”, Kak Shelly tak bersuara. Benar-benar terdiam. Ia malah membolak-balikan halaman majalah.
“Meskipun ada satu rahasia lagi !”, tampak wajah kak Shelly kembali menegang. Pandanganya mengarah kepadaku, yang kini juga menatapnya.
“Kak Fitri… !”, kataku. Kak Shelly benar-benar terhenyak. Ia bangkit hingga terduduk. Aku membalikan badan, terlentang disamping kak Shelly.
“Tenang aja. Eric gak akan membocorkannya ke siapa-siapa kok !”,
“Eric tahu semuanya ?”, kata kak Shelly tiba-tiba.
Pandangan matanya kini memelas dan penuh ketakutan. Aku menganggukan kepala.
“Jangan bilang siapa-siapa, jangan bilang mamah. Please !”, kak Shelly mengguncang bahuku.
“Tenang…pokoknya aman !”,
Kak Shelly nampak gelisah. Aku tidak tega melihatnya.
Kak Shelly yang sangat baik padaku telah aku antarkan pada suatu kondisi serba salah dan menakutkan baginya. Tapi sudahlah.
Tiba-tiba terdengar dering telp, bergegas aku bangun dan mengangkat gagang telpon.
“Halloo..!”, terdengar suara perempuan diseberang sana.
“Hallo…!”, kataku
“Ini Eric yah ?, kak Shelly ada ?”, suara itu terdengar lembut.
“ng.. ini siapa yah ?”, kataku sambil menduga-duga.
“Ini Fitri…kak Shelly-nya ada ?”,
“Ada…sebentar ya kak !”, kataku.
“Kak… ini kak Fitri !”, kataku pada kak Shelly. Kulihat tiba-tiba expresi kak Shelly menegang. Namun tak urung ia mendekatiku, dan menerima gagang telepon yang kusodorkan.
“Haloo..”,
Aku bergegas pergi, tak ingin mengganggu “sepasang kekasih” yang telepon-an. Aku naik ke lantai atas, menuju kekamarku sendiri. Kukunci pintu kamar, mematikan lampu, dengan perasaan campur aduk.
Beberapa saat kemudian kudengar langkah kaki kak Shelly di tangga menuju kearah kamarku. Lalu tiba-tiba aku mendengar ketukan dan suara kak Shelly.
Aku terdiam, menunggu. “Eric…!”, kembali terdengar ketukan. Kunyalakan lampu lalu membuka kunci pintu kamar. Tanpa kupersilahkan kak Shelly menyeruak masuk lalu duduk dipinggir tempat tidur. “Eric…”, kak Shelly tiba-tiba memecahkan keheningan.
Aku yang hendak menyalakan rokok, menoleh.
Kulihat kak Shelly menatapku dalam-dalam. Nampaknya ada sesuatu yang ingin diucapkanya. Tak jadi menyalakan rokok. Aku menarik kursi, dan membalikanya sehingga menghadap kearah kak Shelly. Lalu aku duduk dihadapan kak Shelly. “Eric bisa pegang rahasia kan ?”, ia menatapku sungguh-sungguh. Ada ketakutan dimatanya.
“Masalah apa ?”,
“Fitri…!”,
“Oh…!”, aku mengangguk perlahan.
“Jangan sampai Mamah tahu !’,
Aku hanya menatapnya, lalu tersenyum hambar.
“Janji ?!”, kak Shelly menatapku dalam-dalam.
“Janji !”, kataku sambl mengacungkan telunjuk dan jari tengahku.
“Eric boleh minta apa aja, pasti kakak turutin, syaratnya satu, gak boleh bocorin rahasia !”,
“Tenang…aman !’, kataku agak bergetar.
“Eric mau minta apa sama kaka?”, nampaknya kak Shelly mencoba bernegosiasi, he he….
“ng…gak minta apa-apa deh…mmm…”, sungguh tak terpikir untuk minta sesuatu pada kak Shelly, lagi pula aku sama sekali gak kepirkiran untuk membocorkan rahasianya. Namun tatapan liarku kearah dada ka Shelly sungguh dinterpretasikan oleh kak Shelly.
“Kakak tahu kok apa yang Eric inginkan, sini…!”, kak Shelly menepuk spring bad, mungkin maksudnya menyuruhku duduk disampingnya. Aku ragu sesaat.
“Sini….!”, katanya mengulang.
Jemari tanganku digenggamnya.
“Pasti Eric sekarang lagi error !”, tiba-tiba kak Shelly berkata datar,
“Apaan sih kak ?”, kataku agak jengah.
“Pake pura-pura lagi !”, kak Shelly mendorong tubuhku.
Karena Kak Shelly mengisyaratkan agar aku terlentang maka aku segera terlentang dengan kakiku menjuntai kelantai.
“Eric pengen ini kan ?”, jemari kak Shelly merayapi pahaku.
Aku terhenyak menahan nafas. Kemudian kak Shelly tanpa ragu mulai meremas kemaluanku perlahan, ahh….., kedua lututku terangkat parlahan, lalu kuturunkan lagi.
“Kak…”, kataku lirih
“sst…kakak tahu apa yang Eric inginkan, tenang aja…”, kak Shelly benar-benar meremas-remas kemaluanku. Geletar nikmat perlahan merayap, seiring makin mengerasnya batang kemaluanku. Kuraih bantal, kudekap hingga menutupi mukaku. Rasa jengah dan nikmat membaur menjadi satu.
“Pake malu-malu lagi !”, kak Shelly memaksaku melepaskan bantal. Akhirnya untuk aku hanya bisa menutup mata dan menikmati gelenyar kenikmatan dari setiap remasan tangan kak Shelly. “Ah…shhh..kak….!”,
Tanganku perlahan merayap kearah pinggang kak Shelly, meremasnya perlahan seiring geliat kenikmatan. Aku semakin berani karena kak Shelly tak menolak remasan tanganku dipinggangnya.
Tiba-tiba, “Udah ya…cukup segitu aja !”, tiba-tiba kak Shelly menghentikan remasan tanganya.
“Ah kakak !”, aku merintih kecewa, hampir aku melonjak bangun.
“Kenapa ?”, ia menatapku, sebuah senyum seolah menggoda aku yang tengah konak.
“Tanggung…please…!”, aku merintih dan memelas.
“Dasar….”, katanya sambil memijit hidungku.
Tanpa ragu aku melepaskan training yg kukenakan, kemaluanku yg sungguh telah mengeras, mendongak…
Nampak ada rasa jengah pada tatapan kak Shelly, aku bangkit dari tidurku, “Please…!”, lalu kuraih tangan kak Shelly agar menjamah kemaluanku. Akhirnya tak urung kak Shelly menuruti kemauanku.
Semakin lama keinginanku semakin kuat. Aku merintih, mendesah dan sesekali menggeliat.
Remasan tangan kak Shelly memang nikmat, namun semakin lama aku menginginkan lebih, lalu aku meraih Hand Body dari sela-sela pinggir springbad, dengan gemetar kusodorkan pada kak Shelly.
“Apa ini ?”,
Meski terlihat ragu, perlahan kak Shelly meraih Hand Body Lotion, membuka tutupnya, menumpahkannya ditangan kanannya.
Lalu ia melumuri kemaluanku. Ahhh..
“Maafin Eric ya kak !”,
“Iya anak nakal !”, katanya. Mungkin seharusnya ia tersenyum tapi aku tidak melihatnya.
“Digimanain ?”, katanya berbisik perlahan.
“Urut aja, keatas dan kebawah, pelan-pelan !”,
“Begini…!”,
Caranya mengurut dan meremas sungguh sempurna. Aku kemudian hanya bisa pasrah, merintih dan mendesah.
“ssshhhh… kaka…mkasihhhh…. Mmmm shhhhh enak !”,
Aku terus merintih dan merintih. Kak Shelly benar-benar memanjakan aku. Ia mengurut dan membelai membuat aku terasa melambung-lambung. Tapi lama kelamaan ada rasa ngilu dikemaluanku.
Makin lama makin ngilu.
“kenapa ? udah ?”, kak Shelly bertanya ketika tanganku menahan gerakan tanganya yang masih mengurut dan membelai. “Ngilu…!”, kataku berbisik.
Lalu aku bangkit dari tempat tidurku, sehingga kami duduk berdampingan. Kak Shelly terlihat berusaha mengelap cairan Hand Body yang berlepotan ditanganya. Trainingku menjadi korban. Tanggung sekalian kotor, akupun mengelap kemaluanku dari cairan handbody.
Kami terdiam, beberapa saat.
“Tahu enggak sebenarnya Eric suka pake bantal guling. Seperti Kak Shelly !”,
“Apa enaknya…!”, pertanyaan itu seolah terlontar begitu saja.
“Ya enak aja. Gesek-gesek. Sambil membayangkan sedang memeluk kak Shelly !”.
“Dasar !”, ia memelintir kupingku.
“kak Shelly…!”,
‘Apa..?”,
‘Tanggung nih !”,
“Tanggung apanya ?”,
“Pura-pura jadi bantal guling mau ?”,
“Apalagi nih !”,
“Eric gak tahan nih. Tapi kak Shelly gak usah khawatir. Eric gak merusak apapun. Kak Shelly tetap berbaju lengkap. Kak Shelly hanya berbaring aja. Nanti Eric…!”, kak Shelly terdiam tak menjawab.
“Cuma gesek-gesek aja !”, aku kemudian menandaskan.
“Gimana ? kamu ini aneh-aneh aja ?”,
“Berbaring dulu kak Shelly-nya. Pokonya aman deh.
Eric gak bakalan merusak apapun. Janji !”, kataku sambil setengah mendorong tubuh kak Shelly.
Kak Shelly tak urung menurut. Ia beringsut keatas spring bad, lalu kubaringkan tubuhnya hingga terlentang. Dengan bergetar kemudian aku berbaring menyamping. Lalu kakiku menyilang keatas dua kakinya. Selangkanganku kini menempel ke pahanya. Sayang masing terlindung pakaian yang dikenakannya. Tapi lumayan enak.
Kemaluanku terus menggesek-gesek kemaluan kak Shelly. Dan terus bergoyang-goyang berirama.
“Kurang keatas…sakit tahu !”, suara ka Shelly terdengar memburu.
Aku menurut. Aku bergerak lebih keatas. Paha kak Shelly bergerak seolah memberi ruang agar tubuhku bergerak lebih leluasa.
“Pelan…pelan…”, ia mendesis,
“Enak kak?’, akhirnya kulontarkan pertanyaan itu. Kak Shelly terdiam. Namun nafasnya semakin terdengar memburu. Jemari tangannya terasa meremas-remas punggungku.
Tanpa meminta persetujuan aku berusaha meraih celana dalam kak Shelly.
“Mau apa ?”,
“Biar gak sakit lepasin aja yah ?”, ia sedikit mempertahankanya.
“Please !”, kataku. Akhirnya kak Shelly menurut.
“Sudah-sudah ! ngilu !”,
“Ngilu ?”, batinku. Bukanya enak ?
Nafas kak Shelly tersengal-sengal. Aku segera mengelap mulutku dengan baju kak Shelly, mengusir perasaan tidak nyaman dimulutku. Namun aku masih bernafsu. Ketika aku bermaksud menaiku tubuh kak Shelly.
“Tunggu sebentar. Masih ngilu !?”, katanya.
Akhirnya aku hanya dapat menciumi perut dan dada serta payudara kak Shelly. Kedua tangan kak Shelly membelai-belai rambutku.
Tubuhku perlahan mulai merayap kembali. Masuk kedalam dekapan hangat tubuh kak Shelly. Rasa nikmat itu perlahan kembali mengalir. Kemaluan kami kembali bergesekan. Dan aku mulai meracau…
“Jangan !”, kak Shelly menahan tubuhku. Aku tak tahan lagi. Aku ingin memasukannya. Aku ingin merasakan terbenam dalam lembah kenikmatan itu.
“Jangaaaaannn… please ! Eric jangan !”, kak Shelly memohon ketika aku mencoba dan memaksa untuk kedua kalinya.
“Eric udah gak tahan kak ! gak tahan lagi !”,
“Tapi Eric udah janji, gak bakalan merusak.!”, kak Shelly menghiba.
“Eric udah gak tahannnnnn….shhhh !”,
“Kak Shelly juga sama. Tapi please jangannnn shhh !”,
Kak Shelly berbisik dengan nafas memburu.
Aku tak tahan lagi. Namun kemudian otak warasku hadir. Kalau dengan bantal guling saja aku bisa puas, kenapa sekarang enggak.
Aku ambil celana dalam kak Shelly, lalu kugunakan untuk menutupi kemaluan kak Shelly. “Eric pengen keluar disini, boleh yah !”. setengah memohon aku berbisik.
INFO PENTING!!!!
BAGI YANG INGIN MENDAPATKAN PULUHAN JUTA RUPIAH HANYA DENGAN MODAL 5RB SAJA YUK KEPOIN NI SITUS UTAMA4D2 SITUS BANDAR TOGEL ONLINE TERPERCAYA DAN AMAN TENTUNYA BUKAN SITUS KALENG - KALENG DONG GUYSS !!
TANPA SYARAT APAPUN UNTUK MENDAPATKAN PULUHAN JUTA RUPIAH
HANYA PERLU DAFTAR , MAINKAN DAN DAPATKAN KEMENANGANYA SEKARANG JUGA !!!
BURUAN YUK KUNJUNGI SITUS KAMI DI UTAMA4D2D







0 Komentar